Tami Punya Karya

Tami Punya Karya. "Tulisan yang ada di sini semua adalah hasil inspirasi yang ditangkap lewat ANGIN dan SUARA HATI."

Jumat, 03 Desember 2010

Gelembung Sabun

“…Walaupun kau kini bukan seorang bocah, coba kau mainkan gelembung sabun itu. Satu tiupan, dua tiupan, tiga tiupan, empat tiupan, lima tiupan. Kau akan tersenyum lepas, layaknya bocah. Melupakan sejenak kepenatanmu. Just try it guys :).”
-Tami


“Mba…aku lagi sedih.”

“Mba…pengen nangis.”

“Mba…lelah!”


Teringat, selalu saja aku mengganggu Mba dengan kata-kata seperti itu. Karena bagiku, seorang kakak pasti bisa menyejukkan hati adiknya yang lagi gelisah. Dan tentu saja, Mba BISA merangkulku dengan baik. Ini teruntuk Mbaku tersayang, Mba Puspa. Yang selalu mengajakku bermain gelembung sabun di dunia maya kalau suasana hatiku sedang tidak baik. Thanks sist :)


Lagi, jadi kebiasaan. Kalau suasana hati lagi nggak baik, sering kali kedapetan berbisik dan teriak di samping teman baikku “Pengen main gelembung sabun, pengen beli gelembung sabuuuuuuuuuuuuun.” Tak jarang aku mengganti profil picture FB dengan gambar bocah lagi main gelembung sabun, atau mengganti status dengan “pengen main gelembung sabun.” Haha…terkesan nggak penting ya! Btw, selama ini mau beli gelembung sabun yang simple susah nyarinya di mana. Yang ada malah yang model tembak-tembakan, nggak seru ah, atau yang di botol aqua gede yang sering dipamerin di pinggir jalan, nggak seru juga ah. Pengen yang di botol kecil itu lho, hehe. Biar bisa dibawa ke mana-mana. Bocah banget dah :D. Hedeeeeeeh…kok malah curhat ya. Melankolis sekali saya!


Aku bermain gelembung sabun? Mmm…bukan karena masa kecilku dulu kurang bahagia, bukan juga karena aku childish. Aku sering memainkannya waktu kecil. Baik itu dibeli, dibuat dari air sabun, bahkan buat sendiri dari lendir kembang sepatu. It was nice!


Aku bermain gelembung sabun? Ya…karena berbagai alasan. Tentu saja alasan yang membuat kondisi hati saya menjadi tidak baik. Maklum, aku sudah hampir meninggalkan masa remaja dan akan memasuki masa dewasa, banyak sekali hal-hal yang bertambah rumit dan harus dihadapi. Mungkin, menarik nafas dengan berat bisa menggambarkan sedikit beban yang kita emban sekarang ini.


Sampai sekarang gelembung sabunnya belum terbeli, soalnya modelnya nggak sesuai dengan yang aku inginkan, hehe.


Iri liat bocah yang lagi main gelembung sabun. Jika kalian menemui bocah yang lagi main gelembung sabun, coba deh perhatikan mereka dengan seksama. Dengan wajah polosnya, mereka terlihat antusias untuk meniup. Biasanya tiupan pertama gelembungnya belum keluar, karena tiupannya terlalu kuat. Dilanjutin dengan tiupan kedua, biasanya gelembungnya keluar, tapi kecil-kecil seperti busa yang keluar kalau lagi sampoan, karena waktu meniupnya buru-buru, nggak sabaran pengen lihat gelembung sabun yang banyak dan gede-gede. Masih dengan wajah geregetan, mereka mencobanya lagi, kali ini dengan tenang, sabar, dan senyum. Perlahan mereka meniupnya, dan ternyata gelembung sabunnya keluar dengan indah. Tiupan keempat, kelima, dan seterusnya…gelembung sabunnya udah terbang kemana-mana, pecah bak mengerdipkan mata dan membuat orang disekitarnya menaikkan kedua bahu mereka, memicingkan kedua mata mereka, tersenyum, dan tertawa kecil. Kemudian berkata, coba lagi, coba lagi, coba lagi!


Senang sekali rasanya kalau lagi melihat bocah-bocah itu, senang sekali rasanya kalau mengingat masa-masa itu, dan senang sekali rasanya jika bisa memainkannya lagi. Hanya gelembung sabun, gelembung sabun yang sekejap bisa hilang bisa membuatmu senang dan ceria!


Bagiku, gelembung sabun yang bisa hilang sekejap itu, bukan sekedar gelembung sabun lho. Kalau dipikir-pikir lagi, kenapa aku bisa senang, ceria, atau bahkan bahagia ketika bisa melihat dan memainkannya itu karena keindahan di balik gelembung sabunnya. Ada berbagai dimensi warna di dalamnya, seperti pelangi, ia menari di atas udara, kemudian pecah. Pecahnya juga anggun sekali. Membuatku bedecak kagum, jika melihatnya dengan seksama. Seakan-akan segala kepenatan dibawa terbang gelembung sabun, lalu pecah dengan anggun di udara. Menyenangkan sekali melihatnya!


Gelembung sabun itu seperti kebahagiaan. Sering mendengar kata-kata ini kan? Kebahagiaan itu sejatinya ada di dalam diri kamu sendiri, maka ciptakanlah.” Ya…seperti ketika kau memainkan gelembung sabun, maka kau juga menciptakan kesenangan, keceriaan, bahkan kebahagiaan untuk dirimu sendiri dan orang yang ada di sekitarmu :). Bumbu kebahagiaan itu ketenangan, kesabaran, keikhlasan, dan senyum. Bukankah untuk menghasilkan gelembung sabun yang indah, banyak, dan besar kau harus meniupnya dengan tenang, sabar, dan tak jarang kau tersenyum kecil. Apabila gelembung sabunnya masih belum seperti yang kau inginkan kau terus berusaha untuk meniupnya lagi, dan lagi. Ah…disadari atau tidak kau polos sekali waktu itu, ZERO. Ada nilai keikhlasan bukan?


Itulah, mengapa aku suka sekali dengan gelembung sabun. Memberiku luang untuk menikmati kepolosan diri, membawaku sejenak ke alam imajinasi, melupakan sejenak kepenatan dunia, menyadarkanku kembali bahwa HIDUP INI INDAH dan PENUH WARNA, tinggal bagaimana kita menyelaraskan diri dengan alam ini saja, tinggal bagaimana kita memandang semua dengan berbagai dimensi. Ya, hanya dengan bermain gelembung sabun, kau dapat menikmati siapa diri ini :)


"Sebelum niup gelembung sabun, make a wish dulu, liat pemandangan ke depan, lalu tiupkan harapanmu dalam gelembung. Semoga jadi doa yang didengar semesta dan dikabulkan Allah. Amin :)."

-Mba Puspa-


"Kau masih bisa seperti bocah yang tanpa beban!"




Utami Ramadhanti

Jatinangor, 03 Desember 2010

07.41 WIB

3 komentar:

  1. darah itu mengucur dari segala
    kata-kata menggantung menyebabkannya
    langit hujan darah
    mata air memuncratkan darah
    seorang wanita menangis darah
    tergolek di tepi jalan jalan
    kumpulan kata tak bermakna

    alih-alih mendengarkan
    aku berlari
    hawa dingin ini membakar
    aku tak sempat mengurusi anak kecil yang menangis manggantung di kaki kiriku
    sekedar meminta koin
    aku terus berlari

    aku berlari melihat semua darah itu
    tak kah mereka melihat hujan darah itu
    mereka terlihat bergeming
    tak peduli
    atau tak melihat

    atau...


    ini hanya perasaanku
    darah-darah itu
    mungkin tak nyata
    mungkin aku harus berhenti dan melihat lebih dekat



    =Pintu sorga di atas perilaku dan harapan=

    BalasHapus
  2. Sumpah, aku nggak ngerti maksud tulisanmu yang ini Ry! Masih kabur dibenakku. Can you explain that?

    BalasHapus
  3. sangat...sangat...sangat bagus....

    good luck... :)

    BalasHapus